Pengikut

Sabtu, 07 Januari 2012

9 Miliar Alasan untuk Menjawab Tantangan Energi Dunia Saat Ini : Oleh Peter Voser Chief Executive Officer, Royal Dutch Shell

Posted on Oktober 31, 2011

Readers Sekalian berikut ini adalah Press Release dari Shell Indonesia yang berisi Orasi Peter Voser, Chief Executive Officer, Royal Dutch Shell menyampaikan pidatonya yang berjudul “9 Miliar Alasan untuk Menjawab Tantangan Energi Dunia Saat Ini” pada saat acara Singapore Energy Summit, hari ini Senin 31 Oktober 2011.

Pada hari ini, Senin 31 Oktober, dunia kita mencapai suatu tonggak penting, yakni : Di suatu tempat, kemungkinan besar di Asia, PBB memperkirakan seorang ibu akan melahirkan penduduk bumi yang ke-7 miliar. Dengan tingkat perkembangan sekarang ini, Bumi akan menjadi rumah bagi lebih dari 9 miliar orang pada tahun 2050 – jumlah dengan potensi dampak yang besar pada permintaan global untuk energi, air dan makanan. Perencanaan bijaksana untuk kebutuhan energi masa depan adalah salah satu tantangan yang paling penting yang dihadapi oleh generasi kita. Hal ini menantang, sebagian dikarenakan oleh isu-isu dan solusi yang harus melintasi batas-batas tradisional politik, geografis dan industri.
Kita menghadapi jauh lebih dari sekedar isu energi. Tantangan energi masa depan kita adalah isu mengenai keamanan global, lingkungan, ekonomi dan kesempatan pekerjaan. Sistem energi global kita sudah berada pada tahap awal transformasi yang mendasar. Masa depan akan melihat perluasan penggunaan energi terbarukan dan bahan bakar fosil yang lebih bersih. Kita akan memiliki pilihan lebih banyak energi, tapi pilihan-pilihan tersebut akan menjadi lebih mahal, jadi kita semua harus menjadi lebih cerdas untuk menggunakan energi secara efisien. Seberapapun besarnya tantangan yang kita hadapi, saya merasa yakin bahwa kecerdikan manusia dan inovasi teknologi dapat mengatasinya. Apa yang kurang saat ini adalah keinginan bersama untuk bertindak. Untuk sampai pada tujuan tersebut, kita akan membutuhkan tingkat baru dari
kepemimpinan dan kolaborasi global di berbagai bidang.
Tapi segitiga dari kepemimpinan pemerintahan, bisnis dan masyarakat semakin tidak efektif. Kita perlu menghidupkan kembali semangat kerjasama global dan kepemimpinan yang jelas seperti ketika kita menghadapi tantangan masa lalu. Sederhananya, tantangan kita adalah bagaimana menghasilkan energi yang jauh lebih banyak untuk dunia yang telah memiliki jauh lebih banyak penduduk. Pada saat yang sama, kita perlu mengurangi emisi CO₂ dan mengekstrak dan menggunakan sumber daya yang kita miliki dengan lebih cerdas. Dan kita perlu melakukan hal ini dengan dibayangi oleh volatilitas dan perubahan yang konstan. Sebagian besar kebutuhan energi global yang lebih luas akan dipengaruhi oleh pesatnya perkembangan sumber daya energi terbarukan. Kami memperkirakan hingga 30 persen dari kebutuhan energi dunia bisa datang dari energi terbarukan pada tahun 2050. Tetapi target tersebut mengasumsikan tingkat pertumbuhan yang sangat cepat; yang akan memerlukan upaya yang signifikan dan investasi berkelanjutan. Bahkan jika dunia sampai di sana, semua bentuk energi perlu dikembangkan untuk memenuhi permintaan di masa mendatang
Di antara bahan bakar fosil, gas alam akan memainkan peran yang semakin penting. Gas alam adalah bahan bakar dengan pembakaran paling bersih yang memerlukan pasokan cadangan yang sangat fleksibel, dan dapat menjadi penolong bagi angin dan tenaga surya ketika angin berhenti
atau matahari terbenam. Gas juga merupakan alternatif yang ideal untuk pembangkit listrik bertenaga batu bara, yang juga menghasilkan 50 sampai 70 persen lebih sedikit CO₂. Mengganti batubara dengan gas untuk menghasilkan listrik, sejauh ini adalah cara tercepat dan paling murah dalam rangka mengurangi emisi CO₂ di sektor energi. Gas terjangkau, basis sumber dayanya besar dan tersebar luas, dan dapat membantu diversifikasi pasokan energi – yang semuanya meningkatkan keamanan energi.
Di Shell, kami mencurahkan waktu dan upaya untuk mengidentifikasi dan memahami bagaimana tren yang muncul akan mempengaruhi sistem energi global. Baru-baru ini, kami telah memfokuskan pada pemahaman keterkaitan antara air, energi dan makanan. Air digunakan untuk
menghasilkan hampir semua bentuk energi; energi digunakan untuk menggerakkan dan memproses air; sedangkan energi dan air digunakan untuk memproduksi makanan. Ada kesadaran yang tumbuh bahwa jalan menuju masa depan energi yang lebih berkelanjutan
akan membutuhkan masyarakat untuk menyeimbangkan kebutuhan sistem ini dengan teliti memahami bagaimana kesemuanya berhubungan satu sama lain. Pada saat yang sama, kita tidak bisa melupakan emisi karbon dan kendala yang dimiliki sumber daya lainnya.
Shell telah menyediakan spesialis dari berbagai bidang untuk memetakan koneksi ini dan untuk lebih memahami resiko yang mungkin akan dihadapi. Ini adalah usaha yang luar biasa. Temuan awal kami telah mengidentifikasi dua faktor penting yang dapat membantu menghindari
krisis air-energi-pangan di masa depan: pembangunan perkotaan yang “cerdas” serta regulasi dan analisa biaya dari gas rumah kaca.
Perkotaan saat ini memegang setengah dari populasi dunia dan menghasilkan sampai 80 persen dari emisi CO₂ nya. Proporsi penduduk di perkotaan diperkirakan akan tumbuh menjadi 75 persen pada tahun 2050. Jadi bagaimana cara kota-kota kita berkembang akan sangat
mempengaruhi permintaan energi dan air. Kita mempunyai kesempatan yang luar biasa untuk menerapkan teknologi yang cerdas dalam
mengelola perkotaan, misalnya melalui transportasi publik yang lebih efisien, desain bangunan yang hemat energi dengan memanfaatkan limbah panas dan sumber energi dengan efisien.
Dengan investasi besar-besaran untuk meningkatkan infrastruktur, kita bisa mengimbangi beberapa pertumbuhan permintaan energi sekaligus menciptakan pekerjaan baru. Untungnya, kita sudah memiliki alat dan pengetahuan untuk mengatasi masalah ini  Apa yang masih sangat dibutuhkan adalah konsensus global terhadap peraturan gas rumah kaca dan pembiayaan. Shell sudah memperhitungkan faktor harga untuk CO₂ ketika membuat keputusan investasi besar. Sebuah proyek tidak akan dilanjutkan apabila harga tersebut terlalu tinggi setelah diperhitungkan. Tapi adopsi luas dari pengurangan CO₂ yang paling efektif hanya akan terjadi ketika pemerintah mempromosikan kerangka kerja untuk harga C0₂.
Hal ini membawa kita kembali ke kebutuhan untuk kepemimpinan dan kolaborasi global. Tidak adanya kebijakan energi yang koheren antara beberapa negara dan daerah dengan konsumsi energi terbesar adalah akibat langsung dari kurangnya kepemimpinan, dan lebih luas lagi, kurangnya kepercayaan yang mendasar antara bisnis, pemerintah dan masyarakat. Pemerintah memiliki peran penting dalam menetapkan aturan, dalam memacu investasi di teknologi baru yang mungkin tidak melihat hasil selama bertahun-tahun, seperti penangkapan
dan penyimpanan karbon. Daripada memilih pemenang dan pecundang, pemerintah harus menetapkan tujuan akhir, kemudian memberikan insentif yang tepat yang membiarkan pasar menentukan solusi yang paling efektif. Dengan menerapkan aturan yang efektif, bisnis dapat memanfaatkan sumber daya besar yang bakat dan kreativitas manusia untuk menerapkan inovasi, teknologi dan modal investasi untuk
menghadapi tantangan ini.
Saya optimis kita akan mampu mengatasi tantangan ini, seberapa pun sulitnya. Belajar dari pengalaman masa lalu, kepemimpinan global haruslah bisa memberi kita harapan. Respon yang terkoordinasi terhadap krisis keuangan tahun 2008 adalah satu contoh. Perjanjian internasional untuk melarang zat yang menyebabkan kerusakan lapisan ozon menipis adalah contoh yang lain. Hari ini kita memiliki peluang besar untuk mengatasi tantangan tersebut untuk menghindari masalah yang akan membuat kita menderita di masa depan. Jangan sia-siakan waktu kita.

Sumber: http://taufikh.com/2011/10/31/9-miliar-alasan-untuk-menjawab-tantangan-energi-dunia-saat-ini-oleh-peter-voser-chief-executive-officer-royal-dutch-shell/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar